WASPADA - SEKSTING DAN PORNOGRAFI MENGINTAI REMAJA



Pati, RadarMuria.Com
Kekhawatiran berbagai pihak, khususnya orang tua dan pendidik terhadap perkembangan teknologi komunikasi saat ini, dianggap bisa mendegradasi mental remaja atau anak.

Kehadiran teknologi komunikasi berbasis digital membawa konsekuensi bagi para pengguna, yaitu mengakibat sejumlah implikasi.

Di satu sisi, dapat berdampak positif, antara lain kemudahan akses informasi, kemudahan berkomunikasi yang tidak berbatas jarak dan waktu serta memberi kontribusi terhadap pertumbuhan demokrasi.

Namun pada sisi yang lain, perkembangan media digital juga memberi andil negatif, misalnya munculnya produksi, distribusi dan konsumsi konten pornografi dan seksting.

Berangkat dari kekhawatiran itu, Tim Pengabdian Masyarakat Stikes Bakti Utama Pati bekerjasama dengan Pengurus Daerah (PD) Salimah mengadakan Edukasi Seks Remaja dengan tema "Waspada Pornografi - Seksting dan Pengaruh Gadget", di SMP IT Insan Mulia Pati, beberapa waktu lalu.

Di sekolah tersebut menerapkan kebijakan ketat penggunaan gadget (gawai) terhadap siswa - siswi, yaitu bila kedapatan membawa, akan disita.

"Kegiatan edukasi ini sebagai bentuk maintenance, agar siswa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan terhadap bahaya gadget, termasuk seks dan seksting", terang salah satu anggota Tim Pengabdian Masyarakat Stikes Bakti Utama Pati, Uswatun Kasanah, S. Si. T; M. Kes atau akrab dipanggil Iyuz kepada RadarMuria.Com.

Seksting, menurut Iyuz, adalah kependekan dari seks dan teksting (sex and texting) yaitu membuat atau berbagi pesan seks, baik melalui tulisan, gambar maupun video di dunia maya.

Disadari atau tidak, lanjutnya, seksting banyak bermunculan di smartphone kita.

Pornografi yang pada awalnya hanya didistribusikan dan ditonton melalui video format Betacam, lalu muncul DVD (Digital Versatile Disc) dan VCD (Versatile Compact Disc), kini dapat dinikmati melalui laptop, tablet, smartphone dan sejumlah perangkat digital lainnya dengan dukungan koneksi internet.

Sejumlah riset menunjukkan bahwa konsumsi pornografi terbanyak adalah melalui smartphone.

Berdasarkan studi Kemenkominfo dan Badan PBB Unicef pada 2014 menyebutkan, bahwa komposisi usia  pengguna telepon genggam di kalangan remaja Indonesia mencapai 84 persen dari total jumlah penduduk.

Data lebih lanjut juga menyebut, terdapat 25 ribu anak Indonesia mengakses tayangan pornografi, setiap hari.

Rekan satu tim, Irfana Tri Wijayanti, S. Si. T; M. Kes; M. Keb menuturkan, penggunaan media sosial (medsos) yang kurang tepat dapat berdampak buruk.

Dampak itu antara lain, kurang peduli atau peka terhadap lingkungan sekitar atau sosialisasi menjadi sangat terbatas.

Selain itu, tersebarnya data pribadi, tersita waktu dan turunnya prestasi dan semangat belajar.

Boros, stres, agresif, malas dan gangguan kesehatan,  juga menjadi akibat dari penggunaan medsos yang kurang bijak dan dapat berujung terkena jeratan hukum (cybercrime).

Kegiatan yang diselenggarakan bersamaan dengan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) tersebut, mendapat dukungan dari Kepala Sekolah SMP IT Insan Mulia Nanang Kosim, SHI; M. Pd.

"Kami berharap, kegiatan edukasi remaja bagi siswa - siswi kami dapat dilaksanakan secara rutin dan didukung oleh banyak pihak. Termasuk ormas perempuan dan lembaga pendidikan tinggi dengan topik - topik yang variatif ke depannya", kata Nanang Kosim.

(RM. Usman)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.