MENUMBUHKAN BUDAYA MALU, MEMBENTUK AHKLAKUL KARIMAH

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pati H. Sutaji, SH; MM



Pati, RadarMuria.Com    Bahwasannya, diantara tanda - tanda keimanan pada diri seorang muslim adalah memiliki rasa malu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, yaitu ''Malu adalah bagian dari iman; dan iman itu (tempatnya) di syurga. Sedangkan perkataan kasar adalah bagian dari kebengisan; dan kebengisan itu (tempatnya) di neraka''.

Demikian kutipan hadist Rasulullah Muhammad SAW, yang disampaikan Pimpinan Muhammadiyah Pati, H. Sutaji, kepada RadarMuria, usai sholat Jumat, 8 Januari, di Masjid Moch Dahlan Jalan Dr. Susanto Pati.

H. Sutaji yang menjadi khotib dan imam sholat jamaah Jumat itu, dalam khotbahnya juga mengambil tema "Menumbuhkan Budaya Malu", karena menurutnya budaya malu saat ini sedang mengalami krisis.

Budaya malu, lanjut Sutaji, meliputi 3 aspek, yaitu rasa malu terhadap Allah SWT, rasa malu terhadap sesama manusia dan rasa malu terhadap diri sendiri.



"Berusahalah malu kepada Allah SWT dengan sebenar - benar rasa malu. Yaitu, barangsiapa menjaga kepala dan isi (kepala)-nya, menjaga perut dan apa yang ia makan, meninggalkan perhiasan dunia, ingat akan mati dan rusak, maka ia sungguh telah malu kepada Allah dengan sebenar - benar malu", ucap Sutaji mengutip hadits Rasulullah.

Dia pun mengajak untuk berusaha menjaga otak kita agar tidak memiliki pikiran - pikiran buruk atau maksud - maksud jahat.

Adapun rasa malu terhadap sesama, jelas Sutaji, yaitu dengan cara menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain dan tidak menyakiti sesama.

"Sesungguhnya kehormatan seseorang terletak pada tempat di mana ia melangkahkan kaki, di mana ia masuk, di mana ia keluar, di mana ia duduk, di mana ia membiasakan dan di mana tempatnya berkumpul", sebutnya, masih mengutip hadist Rasulullah.

Aspek rasa malu terhadap diri sendiri, tutur Sutaji, yaitu dengan menjaga kehormatan diri dan menjaga batin ketika tidak ada orang lain, karena Allah senantiasa melihat dan mengawasi kita.

"Banyak perilaku manusia yang sudah tidak memiliki rasa malu. Sehingga timbul kemaksiatan dan perbuatan tercela lainnya, misal korupsi", tutur Sutaji.

Oleh karena itu, ungkapnya, pada setiap kesempatan khotbah, selalu didengungkan tema itu untuk menggugah dan mendorong setiap muslim membudayakan rasa malu.

"Dengan menumbuhkan budaya dan rasa malu, diharapkan dapat pula membentuk akhlak yang baik atau akhlakul karimah", tutur Sutaji, lagi.

Dia pun mengingatkan, selalu menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 ini; dan mendoakan wabah segera berakhir.

"Dibarengi peningkatan akhlak yang karimah, semoga Allah menjadikan Indonesia negeri yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur", pungkas Sutaji.

(RM. Usman)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.