Talud Roboh di Saluran Irigasi, Petani di Desa Ngawen Minta Normalisasi


Sukawi, petani Desa Ngawen menunjukkan lokasi talud yang roboh dan menutup saluran irigasi, yang berpotensi menimbulkan banjir bila debit air meninggi dan mengancam area persawahan di bawahnya.


Pati, RadarMuria.Com                Bangunan talud sepanjang kurang-lebih 50 meter roboh di saluran irigasi, petani di Desa Ngawen-Kecamatan Cluwak, meminta dilakukannya normalisasi, seperti sediakala.

Adalah Sukawi, warga Dukuh Ngrandu Rt 01 Rw 04 Desa Ngawen, mengaku telah melaporkan kondisi saluran irigasi kepada pemerintah desa setempat , namun hingga 3 bulan ini, belum ada tindak lanjut penanganan.

Sukawi mengungkapkan, tanggul yang dibangun secara pribadi oleh pemilik sawah disisi saluran irigasi, yang diketahui merupakan warga Dukuh Sekar turut wilayah Kecamatan Gunungwungkal,   roboh oleh sebab diduga adanya kesalahan teknis.

"Bongkahan talud memenuhi saluran irigasi yang airnya sehari - hari digunakan untuk mengaliri puluhan hektar sawah di bawahnya", ungkap Sukawi.

Bongkahan yang memenuhi saluran irigasi tersebut, ungkap Sukawi, mengakibatkan arus air menjadi terhambat. Dan apabila debit air tinggi karena hujan lebat atau ada kiriman air dari atas, dipastikan akan meluap dan menggenangi areal sawah di bawahnya.

"Kebetulan sawah saya  3 meter berada dibawah persis dari tanggul saluran irigasi tersebut", ungkapnya.

Sukawi menuturkan, pihak Pemerintah Desa Ngawen sebenarnya sudah mengambil langkah dengan mengundang dirinya dan pemilik sawah yang secara pribadi telah membangun talud.

"Dua kali ada surat undangan untuk penyelesaian masalah tersebut. Yaitu terkait siapa yang harus bertanggung jawab atas robohnya tanggul itu dan siapa yang harus membersihkan bongkahan materialnya dari saluran", tuturnya.

Saluran irigasi yang semula lebarnya 1,5 meter itu, sebut Sukawi, kini berkurang lebarnya menjadi 1,20 meter. Berkurangnya ukuran itu, menurut dia, karena talud dengan tinggi 80 centimeter dan lebar 30 centimeter itu dibangun ditanah irigasi dan tanpa pondasi.

"Seharusnya memakai pondasi dan berdiri ditanah milik. Bukan malah ditanah irigasi. Saat membangun talud pun sudah saya ingatkan, namun tidak digubris", ujarnya.

Saluran irigasi yang dikenal dengan nama Kali Pomahan itu, airnya bersumber dari Gunung Muria dan diketahui merupakan saluran irigasi milik DPUTR Kabupaten Pati Bidang Pengairan.

"Belum pernah ada pihak terkait yang melakukan pengawasan ataupun kontrol terhadap saluran irigasi ini", cetus Sukawi.

Dia berharap, Pemerintah Kabupaten Pati dalam hal ini Pj Bupati melalui jajarannya hingga ke tingkat desa, dapat menindak lanjuti dengan segera terhadap kondisi saluran irigasi tersebut.

"Ada kekhawatiran yang menghinggapi setiap saat, manakala terjadi hujan deras dan ada kiriman air dari atas. Sawah kami terancam terkena air yang meluap akibat terhambat dan tersumbatnya saluran irigasi tersebut" tandasnya.

(RM. Usman)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.